WELL TESTING
SITEM PERHITUNGAN PRODUKSI SUMUR MINYAK DI ONSHORE
Suatu
sumur minyak yang umum disebut Oil Well
atau Producing Well, setelah pengeboran selesai dan dilengkapi dengan segala
perlengkapannya, perlu diketahui apakah hasil produksinya sesuai dengan yang
diharapkan.
Sumur
produksi yang sudah dihidupkan dan
berproduksi sekian lama perlu juga diketahui apakah masih effisien dan efektif
untuk diproduksikan, agar faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi
dapat diketahui dengan cepat dan diambil langkah-langkah yang tepat, maka harus
dilakukan pengujian terhadap sumur yang bersangkutan.
Well
Testing merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, sehingga sejarah dan kelangsungan produksi suatu
sumur dapat dijadikan sebagai data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui
keadaan sumur, formasi dari sumur atau sumur di sekitarnya, maka perlu
dilakukan beberapa jenis tes, misalnya tes produksi, tes tekanan transient
serta jenis tes yang lain sesuai dengan kebutuhan.
Pengetesan juga ditentukan
atau dipilih sesuai dengan urutan prioritas sebagai berikut;
- Spesial permintaan
- Sumur baru
- Sesudah dilakukan perawatan,
stimulasi atau workover
- Setelah pemasangan pompa (pump-down)
- Setelah penggantian Stroke per
menit, panjang langkah atau Pumping Unit.
- Test regular
- Test Verifikasi
Operator
produksi, gathering station/test station, pumper di lokasi dan well tester
melakukan pengetesan sesuai permintaan, umumnya tes produksi sumur dan
melaporkan hasilnya.
Data well testing
sumur produksi sangat penting bagi para ahli perminyakan (engineer atau production
analyst) untuk analisa sumur produksi. Dari analisa diperoleh 4(empat)
kemungkinan tidak stabilnya produksi sumur
yaitu:
1. Kerusakan peralatan
produksi dan well testing facility
2. Kenaikan viskositas minyak
3. Penurunan permeabilitas minyak
4. Penurunan tekanan reservoir
·
Kerusakan peralatan produksi dan well testing facility
Peralatan produksi dan well testing facility sering terganggu
dengan adanya pasir, parafin, dan
terbentuknya scale serta corrosion
sehingga aliran fluida tertahan dan berkurang. Bisa juga pengurangan ini
disebabkan peralatan instrumentasi mengalami kerusakan atau komponen artificial lift rusak (tidak bekerja
maksimal). Untuk mengembalikan kestabilan produksi peralatan yang rusak harus
diperbaiki atau diganti.
·
Kenaikan viskositas minyak
Viskositas
atau kekentalan minyak dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan. Temperatur dan
tekanan berkurang viskositas minyak naik. Viskositas minyak dapat juga naik
karena gas yang terlarut dalam minyak sudah banyak yang keluar, sehingga minyak
akan susah untuk mengalir ke well bore (lubang
sumur) dan akhirnya terjadi penurunan produksi. Untuk
menanggulangi masalah ini dilakukan technique
antara lain; melakukan injeksi uap panas ke zona produktif. Dengan memberikan
panas tersebut diharapkan viskositas turun dan minyak dapat mengalir dengan
normal.
·
Penurunan permeabilitas minyak
Penurunan permeabilitas
disebabkan kerusakan formasi produktif sekitar well bore. Kerusakan ini lebih dikenal dengan istilah formation damage. Formation damage
ini dikarenakan padatan atau partikel menyumbat pori-pori lapisan batuan atau
dikarenakan over pressure/over heat
injection ke resorvoir sehingga
terjadi runtuhnya formasi pasir dan akhirnya minyak tidak dapat mengalir. Untuk
penanggulangan masalah ini dilakukan usaha antara lain: acidizing atau fracturing.
Dengan dilakukan kedua cara di atas diharapkan minyak mudah keluar dari zona
produktif menuju well bore.
·
Penurunan tekanan reservoir
Dengan keluarnya fluida secara terus menerus dari
reservoir akan ada ruangan yang kosong. Hal ini berdampak turunnya tekanan
reservoir dengan cepat, akibatnya tekanan berkurang untuk mendorong fluida
kedalam sumur. Salah satu cara yang populer untuk mengatasi hal ini dengan
menginjeksikan air terproduksi ke reservoir
melalui sumur injeksi atau sumur tua sebagai pengisi ruangan kosong tersebut.
Petroleum
Engineer akan menganalisis “performance” dari sumur minyak yang bersangkutan
berdasarkan hasil tes yang diprogramkan, selanjutnya dapat ditentukan apakah
perlu dilakukan perubahan-perubahan, perawatan sumur, workover dan lain
sebagainya. Sehingga produksi suatu sumur dapat berjalan semestinya dan menekan
biaya seefisien mungkin dari hasil pemeliharaan sumur-sumur produksi. Disini
jelas bahwa “Well Testing” merupakan
bagian pekerjaan dari seksi produksi sehari-hari yang paling penting.
Ketepatan
dari hasil laporan tes suatu sumur sangat menentukan pengambilan keputusan dari
Petroleum Engineer, untuk pemeliharaan dan pekerjaan suatu sumur agar mencapai
sasaran yang diinginkan serta menghindari kerugian waktu, tenaga, biaya yang
sia-sia dan produksi yang tertunda.
TES PRODUKSI
Dalam melakukan tes
produksi diperlukan unit tes produksi,
unit tes ini ada yang permanen seperti di SP dan ada yang mobil. Selain
untuk tes pengujian juga berfungsi untuk memisahkan fluida produksi menjadi
minyak, gas dan air, juga sebagai sarana penampung sementara produksi sebelum
dikirim ke SPU.
Tes produksi
dapat dilakukan secara manual dan menggunakan komputer, atau dioperasikan dari
ruang kontrol untuk sumur-sumur yang dilengkapi dengan sarana tersebut.
Cara manual dilakukan pada sumur-sumur yang hanya
menggunakan perlengkapan secara mekanikal, di antaranya;
1. Test
Meter
Meter berputar dengan adanya aliran
fluida yang melewati meter dan mencatat volumenya dalam waktu yang ditentukan,
bahkan dapat dilakukan selama 24 jam. Test meter ini dilengkapi dengan gas boot
atau test separator untuk memisahkan gas dari cairan sebelum melalui test
meter.Pemisahan ini perlu dilakukan agar kerja test meter tidak dipengaruhi
oleh gas yang membuat meter bergerak dengan cepat, sehingga hasil produksi akan
jauh lebih besar dari sebenarnya.
2. Test
Tank
Penggunaan Test Tank adakalanya
dilengkapi dengan gas boot atau tanpa gas boot, tergantung pada keadaan
fluida dan fasilitas yang tersedia serta jauh dekatnya suatu sumur dari
Test Station.
Test Tank ada dua macam yaitu:
a. Permanent
Test Tank,
ada yang berada di dalam area Gathering Station, Test Station dan Test Tank Pembantu yang ditempatkan di sekitar
sumur yang jauh dari Gathering
Station dan Test Tank.
Prosedur Tes
1.
Pertama-tama
yakinkan bahwa kran-kran yang terletak sesudah meter atau sebelum Wash Tank,
pada test header dan pada inlet boot atau inlet separator sudah dalam keadaan
terbuka.
2.
Periksa
atau yakinkan bahwa tidak ada fluida dari sumur minyak lain yang masuk ke test
line, dengan memperhatikan manifold header.
3.
Setelah
yakin bahwa semuanya sudah menurut semestinya, buka kran jalur tes kira-kira ½
terbuka dan tutup kran yang ke jalur produksi.
Kemudian teruskan membuka kran jalur tes yang masih tertutup (menjadi
terbuka sepenuhnya)
4.
Sesudah
itu tunggu beberapa saat sampai meter berjalan dengan lancar.
5.
Bila
test meter sudah berjalan dengan lancar, maka tes sudah bisa dimulai dengan
mencatat jam dan angka yang ditunjukkan oleh meter tersebut. Ukur level di tangki tes setelah normal/rata
di dalam tangki untuk jam pertama pengukuran.
6.
Ukur
tekanan dan temperatur tubing, melalui sample switch
7.
Awasi
selama tes berlangsung jangan sampai terjadi fluid over flow.
8.
Sesuaikan
lamanya tes dengan kapasitas tangki tes.
9.
Alirkan
produksi sumur kembali ke jalur produksi
10.
Pompakan
fluida di dalam tangki tes ke jalur
produksi.
11.
Buat
laporan dan kirimkan ke Supervisor.
Contoh:
Test dimulai jam 08:00 angka pada meter = 194520
Lama pengetesan 3 jam (test
ditutup jam 11:00) dengan
angka pada meter = 194990.
Jadi hasil dalam 24 jam (1
hari)
= 24/3 x (194990 – 194520)
= 8 x 470 bbls
= 3760 bbls
Jika meter faktor = 0.92,
maka hasil sumur minyak tersebut
= 3760 x 0.92
= 3459.2 bbls
Contoh:
Test dimulai jam 10:00,
level awal normal adalah 2’4”. Setelah 4 jam pengetesan, pada jam 14:00 level
akhir adalah 5’2”.
Test tank yang digunakan
ukuran 250 bbls dengan meter faktor 2.76 bbls/in.
Jadi hasil sumur minyak
tersebut dalam 1 hari (24 jam) adalah
= 24/4 x (5’2” – 2’4”) x 2.76
= 6 x 34 in x 2.76 bbls/in
= 563.4 bbls
KALKULASI
METER FAKTOR
1.
Kurangi
meter reading terakhir dg meter reading awal, kemudian tent hasil kotor fluida.
2.
Kurangi
uk.
level tes akhir dg level tes awal kemudian tent selisihnya, dan dapatkan
volumenya dalam barrel.
3.
Meter
faktor dapat ditentukan, sbb :
Contoh:
Produksi berdasarkan level = 98 bbls
Produksi berdasarkan meter = 81 bbls
Berarti 1 counter = 1.2 bbls
b. Portable
Test Tank,
biasanya ukuran yang dipakai adalah 100 bbls dan ditarik dengan menggunakan trailer.
Umumnya test tank ini digunakan
untuk sumur yang produksinya sedikit, jaraknya jauh dan tidak mengandung banyak
gas. Lama pengetesan terbatas untuk beberapa jam, tergantung besarnya produksi
sumur yang dites. Pengukuran volume
produksi dengan menggunakan mistar ukuran atau meter bomb.
3. Gabungan
Test Meter dengan Test Tank
Fasilitas ini biasanya berada di
Gathering Station, dipergunakan untuk sumur yang produksinya besar, serta
mengandung banyak gas. Sebelum masuk ke test meter terlebih dahulu melewati Gas
Boot.
Bacaan
dari meter akan dibandingkan dengan perbedaan level di dalam tanki pada selang
waktu yang sama. Pengambilan data-data
test lainnya dilakukan secara manual.
Tes
poduksi pada dasarnya mengukur volume produksi persatuan waktu produksi yang
dapat dilakukan pada selang waktu pendek,misal diukur hanya selang 3 jam dan
selanjutnya dikonversi menjadi produksi perhari, atau dilakukan selama sehari
penuh. Volume produksi diukur tangki penampung dengan mencatat volume pada
kondisi sebelum tes dan kondisi setelah tes berakhir, maka selisih volume
merupakan hasil tes produksi.
PENGUKURAN VOLUME FLUIDA
Secara
umum pengukuran volume minyak dalam penampung produksi dapat dilakukan dengan 2
(dua) cara, yaitu INNAGE adalah mengukur tinggi cairan dalam tangki, dan ULLAGE/OUTAGE
yaitu mengukur tinggi ruang kosong dalam tangki, jadi pada prinsipnya mengukur
ketebalan lapisan minyak dalam tangki. Selain itu perlu juga dilakukan
pengukuran parameter lain yang menunjang perhitungan volume minyak, yaitu:
suhu, densitas, spesifik gravitas atau derajat API, dan BS&W.
Dalam
pengukuran volume minyak ini juga perlu diketahui karakteristik minyak yang
diproduksi, maka perlu dilakukan pekerjaan;
·
Pengukuran
suhu minyak dalam tangki dengan termometer
·
Pengambilan
contoh minyak dari tangki;
o
Pengukuran
densitas minyak dengan hidrometer.
o
Pengukuran
BS&W dengan centrifuge.
Di samping itu
juga diperlukan tabel-tabel untuk keperluan koreksi-koreksi volume minyak dalam
kondisi standar, yaitu;
1.
Tabel
53 ASTM D 1250 – IP 200, yang berhubungan dengan koreksi volume terhadap
densitas pada kondisi standar, 15 oC.
2.
Tabel
54 ASTM, yang berhubungan dengan temperatur pengamatan dalam penentuan faktor
koreksi terhadap volume minyak yang diukur.
3. Kondisi tangki, misalnya angka
koreksi tangki.
Berdasar gambar
di atas, setelah dilakukan pengukuran tebal lapisan minyak, air bebas dan tebal
cairan, maka volume minyak dapat dihitung sebagai berikut;
- Volume
minyak adalah hasil kali antara tebal minyak dengan faktor kalibrasi
tangki, setiap satuan ketebalan minyak dalam tangki menyatakan volume.
- Gunakan
Tabel 53 ASTM, untuk menentukan densitas pada kondisi standar (15 oC)
dari hasil pengamatan densitas di laboratorium pada kondisi suhu
pengamatan.
- Gunakan
Tabel 54 ASTM, untuk menentukan faktor koreksi terhadap volume yang
terukur berdasar harga densitas minyak standar hasil penentuan Tabel 53.
- Kalikan
factor koreksi volume dengan volume minyak terukur, sehingga diperoleh
volume minyak pada kondisi standar.
Artikel Terkait :
LETAKKAN TULISAN SOBAT / APAPUN DISINI
INI ADALAH CONTOH MEMBUAT SCROL BOX
DIDALAM POSTINGAN